Kamis, 19 September 2013

KISAH SUKSES PENGUSAHA "CHAIRUL TANJUNG"


Kisah sukses seorang pengusaha yang bernama Chairul Tanjung ini patut menjadi referensi bagi kita semua. Liku-liku perjuangan dalam mendirikan kerajaan bisnisnya yang sangat menginspirasi para pengusaha lainnya di Indonesia.
Selain itu baru-baru ini CT sebutan akrabnya Chairul Tanjung ini menerbitkan buku yang berisi perjalanan hidupnya, karenanya  buku tersebut menjadi buku best saller yang disukai semua kalangan tua dan muda. Judul buku "Chairul Tanjung Si Anak Singkong" menjadikan kepopuleran CT semakin dikenal di seluruh pelosok Indonesia dari Sabang sampai Merauke.  Tidak panjang lebar lagi mari kita ikuti perjalanan singkat kisah sukses seorang pengusaha berikut ini.

Chairul Tanjung

Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang dipimpinnya, Para Group.

Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega.

Karier dan kehidupan

Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.

Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.

Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.

Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.

Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.

Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).

Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.

Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.

Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar.

Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam .
Latar belakang pendidikan

Berikut selengkapnya latar belakang pendidikan seorang Chairul Tanjung.

    SD Van Lith, Jakarta (1975)
    SMP Van Lith, Jakarta (1978)
    SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
    Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
    Executive IPPM (MBA; 1993)

Pemikiran

Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network) adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan. Membangun relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah penting.

Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri.

Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis. Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring (networking) dalam menjalankan bisnis.

Dalam bisnis, Chairul menyatakan bahwa generasi muda bisnis sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu persatu. Menurutnya, membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai banyak yang mengambil jalan seketika (instant), karena dalam dunia usaha kesabaran adalah salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar. Membangun integritas adalah penting bagi Chairul. Adalah manusiawi ketika berusaha,seseorang ingin segera mendapatkan hasilnya. Tidak semua hasil bisa diterima secara langsung.
http://profilpengusahasuksesindonesia.blogspot.com/2012/11/kisah-sukses-seorang-pengusaha-chairul.html

Minggu, 01 September 2013

BIOGRAFI DEWI TANJUNG SARI






Banyak orang mengatakan bahwa merintis sebuah usaha butuh modal dana yang tidak sedikit. Dari mulai biaya sewa tempat, biaya produksi, biaya promosi, semuanya membutuhkan kucuran dana yang cukup besar. Namun hal ini ternyata tidak berlaku bagi seorang pengusaha sukses Dewi Tanjung Sari yang berhasil merintis bisnis wedding card, souvenir dan pernak-pernik pernikahan dengan modal uang lebaran dari sang paman sebesar Rp 50.000,-.


Terlahir di sebuah keluarga sederhana, Dewi kecil sudah terbiasa hidup serba terbatas setelah sang Ayah tercinta kembali ke pangkuan Illahi sejak Dewi masih bayi. Ibunya yang berprofesi sebagai seorang pembantu, memberikan banyak inspirasi bagi Dewi hingga akhirnya Ia berusaha melakukan sesuatu yang berarti untuk mencukupi kebutuhan hidupnya yang semakin tinggi.

Ketika duduk di bangku kuliah, lulusan D3 Universitas Brawijaya ini tidak pernah berhenti mencari akal peluang usaha untuk mendapatkan uang tambahan dengan modal usaha yang sangat kecil. Dan di saat Ia menerima uang lebaran sebesar Rp 50.000,- dari sang paman, ibu satu orang anak ini mulai berkreasi menciptakan kerajinan daur ulang limbah dengan memunguti daun-daun kering yang berserakan di halaman kampusnya. Pada saat itu Ia membuat produk kerajinan peluang usaha seperti block note, buku telepon, pigura, dan lain sebagainya.

Orderan Kecil-kecil

Dari usahanya yang terbilang kecil, Dewi berhasil mendapatkan banyak “orderan” dari teman-teman kampusnya maupun orang-orang di sekitarnya. Perlahan tetapi pasti, peluang usaha bisnis kreatif yang dijalankan Dewi mulai menunjukan prospek pasar yang cukup besar. Hingga akhirnya di tahun 2003 Dewi mulai fokus menjalankan peluang usaha bisnisnya dengan mengangkat De Tanjung sebagai brand perusahaannya dan lebih banyak memproduksi kartu undangan pernikahan, souvenir pernikahan, sampai pernak-pernik lainnya yang dibutuhkan para konsumen untuk melengkapi moment penting tersebut.
Memasuki tahun 2004, melalui salah seorang kenalannya, Dewi mulai memasarkan produk kreasinya ke beberapa negara tetangga. Misalnya saja seperti Australia, Malaysia, Hong Kong, bahkan hingga ke Negara Jerman, dengan omset puluhan juta setiap bulannya. Banjir pesanan pun dialami De Tanjung setiap bulannya, hingga pada akhirnya di tahun 2009 silam badai krisis global meruntuhkan perusahaan ekspor yang bekerjasama dengan De Tanjung dan Dewi pun terpaksa menghentikan kegiatan ekspor yang menjadi salah satu sumber dana perusahaannya.

Bangkit dari Krisis Ekspor

Pasang surut perjalanan bisnis De Tanjung setelah menghentikan kegiatan ekspornya ke beberapa negara tetangga, memang sempat membuat Dewi patah semangat dalam mengembangkan usahanya. Namun dengan kekuatan tekad yang masih tersisa, Dewi mulai berputar arah mencari strategi bisnis baru agar bisa tetap bertahan di tengah badai krisis yang Ia hadapi. Dengan modal yang masih tersisa, Ia ingin mengembangkan peluang usaha bisnisnya dengan cepat dan pesat melalui jalur kemitraan atau franchise.

Kesuksesan yang berhasil diraih Dewi sekarang ini, tidak terlepas dari besarnya tekad yang Ia miliki dan keberaniannya untuk segera mencoba segala usaha. Semoga informasi kisah sukses pengusaha yang berhasil mengembangkan ide kreatif, peluang usaha sukses mengolah limbah jadi rupiah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca dan menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk segera memulai usaha. Maju terus industri kreatif Indonesia dan salam sukses.

http://sukses-kerja-usaha.blogspot.com/2012/07/diawali-modal-50-ribu-kini-de-tanjung.html

LIANA GUNAWAN



Kegemaran mendesain sepatu ditambah dengan kerja keras mengenalkan budaya di Indonesia mengantarkan Liana Gunawan berhasil menjadi pemenang dari Asia dalam penghargaan Cartier Women’s Innitiative Awards 2012.

La Spina Collections, menjadi saksi akan kerja keras Liana selama ini. Berawal dari rasa cintanya terhadap sepatu, ia memulai bisnis dengan mempekerjakan satu orang tukang yang menjahit hingga hingga tahap akhir.
Dalam rilis di cartierwomensinnitiative.com, Liana mengatakan, “Awalnya saya bekerja di sebuah perusahaan. Tetapi ketika saya telah menjadi ibu, saya mencoba untuk membuat desain sepatu dengan dibantu oleh satu orang tukang. Dari situ mulai banyak permintaan dari teman-teman terdekat.”

Setelah memiliki nama dagang pada tahun 2010, Liana terus berkonsentrasi membuat produk sepatu khasnya, yakni dengan berbahan dasar kain batik. Liana menambahkan, “Saya memutuskan untuk membuat produk sepatu dengan menggunakan bahan-bahan khas Indonesia.” Ia berpikir bahwa hal kecil semacam itu merupakan bentuk peran serta dalam menjaga budaya dan warisan bangsa juga.

Ada banyak tantangan sebelum ia memantapkan hati untuk menggunakan batik sebagai bahan dasar pembuatan sepatu. Ketika bisnisnya mulai berjalan normal, muncul tantangan persaingan dengan pemilik usaha sejenis.

Dari sana ia berpikir keras untuk membuat produk yang berbeda, unik, namun banyak dicari di pasaran. Hal tersebutlah yang menjadi latar belakang dari La Spina Collection. Gencarnya kampanye batik memberi ide bagi Liana untuk menggunakan kain tradisional Indonesia. Kemudian ia memanfaatkan kain batik yang sebelumnya hanya menjadi penghuni tetap lemarinya. Setelah melakukan riset terhadap beberapa jenis batik, Liana mencoba untuk mengkreasikan batik Garutan yang memiliki warna cerah dan memadukannya dengan kulit sintesis. Langkah awal berhasil, ternyata produknya banyak dilirik konsumen. Setelah bisnisnya mulai berkembang, ia terus melakukan eksperimen terhadap bahan-bahan lain khas Indonesia. Langkah tersebut membuatnya berhasil dalam memadu padankan batik Lasem, tenun Pinawetengan asal Minahasa, dan songket Palembang. Produknya pun beragam. Mulai dari sepatu dengan hak 5 hingga 12 cm, wedges, sepatu datar, hingga sepatu anak-anak.


Upayanya dalam memasarkan produk dan kerja kerasnya untuk selalu membuat inovasi terbaru, membuat Liana didaulat menjadi pemenang yang mewakili benua Asia dalam ajang Cartier Women’s Innitiative Awards 2012. La Spina Collections milik Liana tengah mengembangkan bisnisnya sampai saat ini. Berkat memenangi penghargaan bergengsi tersebut, La Spina Collections telah dikontrak untuk membuat sepatu bagi awak kabin salah satu maskapai penerbangan, Garuda Indonesia.
 

“Kami senang untuk menampilkan kualitas dan desain khas Indonesia dengan duta besar negara kita. Karena itu, saat ini sudah ada sekitar 20 pekerja yang membantu saya dalam memenuhi pesanan tersebut,” akunya.

Untuk membedakan produknya dengan sepatu lain, ia mengaku menawarkan keunggulan produk dari desai, maupun kualitas.

“Kami menawarkan untuk bertukar sepatu kami jika mereka tidak cocok, layanan yang sangat jarang terjadi di Indonesia, di samping jaminan penuh, kita memperbaiki setiap cacat produk yang dibeli,” lanjutnya.

Baginya, tampil cantik tidak harus mengikuti tren dunia. Dengan kreatifitas dan berani tampil beda dalam batas koridor, perempuan Indonesia juga bisa tampil memukau.
Dengan slogan Indonesia in Every Step, Liana ingin membuat para pemakai sepatu ini membawa Indonesia dalam setiap langkah mereka.

 

BIOGRAFI DIAN PELANGI





Dian Pelangi, 21, adalah desainer utama Dian Pelangi Company, salah satu perusahaan busana muslim terkemuka di Indonesia. Lahir di Palembang pada tahun 1991, beliau kemudian lulus dari Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) pada 2008 dengan nilai yang tinggi.

Dikenal sebagai desainer yang multitalenta, Dian membawa angin segar nan penuh warna ke panggung busana muslim di Indonesia maupun mancanegara. Dian terinspirasi akan pelangi yang begitu kaya warna dan selalu berusaha menggali kekayaan budaya Indonesia, mulai dari tie dye yang cerah, songket yang indah, sampai batik yang mewah.

Setelah diwawancarai oleh CNN pada tahun 2010, popularitas Dian melejit dan langsung menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dan diikuti di dunia mode Indonesia. Menyadari pengaruhnya yang sudah sangat luas, anggota termuda dari Asosiasi Perancang Pengusaha Muda Indonesia (APPMI) ini menerbitkan sebuah buku yang berisi kumpulan ‘street style’ para muslimah yang ditemuinya di negara-negara yang ia kunjungi.
Pada akhir 2011, Dian Pelangi diundang ke Paris untuk mengikuti The International Fair of Muslim World di Le Bourget dan memastikan jejaknya sebagai salah seorang desainer muda Indonesia yang patut diperhitungkan.
 

Pembuatan Ketupat

Assalamu'alaikum Sobat...
Kali ini Kreasi Husna menghadirkan tutorial pembuatan ketupat

Budaya makan ketupat biasanya diadakan saat lebaran Idul Fitri
Kita Lestarikan yuk ....










Hiasan Dinding Kamarku




Untuk kali ini saya mencoba memanfaatkan barang-barang di sekitar kita yang mungkin kita anggap sudah tidak berguna lagi.
Lihatlah keempat gambar di atas. Gambar – gambar tersebut sebenarnya adalah gambar yang ada di empat sisi dinding kamar saya. Rame banget kan hehehe. 
Di sini saya tidak bermaksud mempublikasikan kamar pribadi saya akan tetapi saya akan bercerita kenapa kamar saya jadi berwarna – warni.
Dulu kamar itu adalah bekas kamar saudara laki – laki saya. Setelah dia menikah maka kamar itu pun menjadi milik saya. Ya namanya saja kamar laki dan perempuan jelas sangat berbeda. Dulu di setiap sudut dinding terdapat tempelan poster – poster pemain sepak bola. Karena ditempel dengan jarak yang tinggi sehingga saya pun malas untuk melepasnya di tambah lagi ketika saya sedang kuliah di Malang ternyata kamar tersebut di tempati adik laki – laki saya. Hmmm dinding tersebut di tambah lagi dengan lukisan perempuan berjilbab yang besar sekali. Lukisannya pakai cat kayu bisa kebayang kan bagaimana susahnya saat di bersihkan. Karena itulah saya biarkan begitu saja. Masalahnya setiap kali saya bangun tengah malam saat membuka mata pasti langsung melihat dinding tersebut. Sering saya kaget gara – gara lukisan tersebut.
Saya pun mencari waktu luang saat liburan di sela – sela waktu kerja. Saya pun bergegas ke pasar untuk beli cat dan kuas. Saat itu saya beli cat warna biru. Waktu beli saya tidak berfikir panjang bagaimana hasilnya yang terpenting adalah lukisan berjilbab tersebut tertutupi. Sesampai di rumah saya agak menyesal karena saya membeli cat berwarna gelap sedangkan ukuran kamar saya yang kecil jadi otomatis akan terlihat semakin sempit. Saya pun Tanya ke adik saya barangkali dia punya sisa cat yang di pakai untuk mengecat kamarnya dulu. Ternyata ada sisa sedikit dan warnanya adalah kuning. Saat sesampai di kamar saya melihat botol – botol kosmetik di meja rias saya. Ssssssssst mata pun tertuju pada botol di sudut meja rias. Ada empat botol tinta printer. Warna hitam, merah, biru dan kuning. Tinta tersebut saya beli setengah tahun yang lalu tetapi tintanya terlalu encer sehingga tidak cocok di printer saya.
Saya pribadi bila mempunyai barang – barang yang tidak terpakai misal potongan kain, pita dan termasuk tinta printer tadi biasanya tidak saya buang. Karena yang ada dalam pikiran saya adalah siapa tahu barang – barang tersebut suatu saat berguna.
Saya pun mulai mencampur warna – warna tersebut dan di campur dengan cat yang ada. Dari percampuran tersebut saya menghasilkan warna hijau daun, hijau muda, biru muda, pink, ungu dan di tambah warna asli dari catnya yaitu biru dan kuning. Berarti ada kombinasi 7 warna yang akan saya gunakan untuk mengobrak – abrik setiap sisi dinding kamar saya.
Sebenarnya adonan warna itu tidak semuanya langsung saya buat akan tetapi dibuat untuk memenuhi kebutuhan warna yang saya inginkan yang terlintas begitu saja di pikiran saya. Saya pun mulai mengecat kamar saya. Ada yang saya buat garis – garis vertical, ada yang bulat – bulat dan untuk lukisan bunga itu sebenarnya untuk menutupi bekas lukisan gambaar berjilbab itu.
Haa pasti sebagian teman – teman ada yang berfikir, ini cewek atau cowok kok bias mengecat segala. Eitsss jangan salah saya selalu menganggap bahwa sebenarnya sebagian pekerjaan laki – laki itu banyak yang bisa dikerjakan oleh perempuan. Termasuk dalam hal mengecat dinding. Sebenarnya saya punya pengalaman sedikit mengenai dunia warna dan cat. Ilmu itu saya dapatkan ketika waktu kuliah dulu saya bergabung di UKM Seni Religius bagian kaligrafi.  Kalau teman – teman yang laki – laki sedang mengecat baliho saya perhatikan arah kuasnya. Dari situlah saya bisa mengecat dinding walaupun tidak rapi hehehe.
Tapi bisa lihat kan hasilnya walaupun dengan ide seadanya tapi bisa bikin saya betah di kamar saat sedang penat…. Hmm
Dan teman – teman pun bisa berkreasi seperti yang teman – teman mau. Indah itu tidak harus mahal bukan!
Selamat berkreasi!

*) Proses pengecatan sekitar 3 tahun yang lalu